Patin Borneo: Keajaiban Ikan Air Tawar dari Pulau Kalimantan, Berikut Jenis-Jenis dan Penyebarannya
Ikan Patin Borneo. Gambar by Ikan Borneo |
Ikan Patin Bornoe, Ikan Seladang, dan Ikan Juara
Ketika saya berkeliling pulau Borneo dalam 10 tahun terakhir, salah satu menu yang mampir selalu tersedia di warung-warung makan di berbagai kota—baik yang di Indonesia, Malaysia maupun Brunei—adalah lauk ikan Patin.
Ikan yang satu ini memang familiar tak
hanya di pulau borneo, tapi juga hampir di seluruh nusantara, terutama di rumah
makan padang, bahkan di hingga di Warteg-Warteg di kota Jakarta dan sekitarnya.
Para pemancing mania pun sangat akrab dengan ikan jenis ini. Di beberapa tempat, pemancingan ikan patin pun
bermunculan, menawarkan sensasi tarikan luar biasa yang membuat orang
ketagihan.
Namun tidak semua dari kita tahu bahwa ikan
patin ini banyak jenis dan macamnya, teruama karena di setiap daerah di
nusantara nama ikan ini juga berbeda-beda. Ikan patin adalah nama generic yang
paling umum untuk menyebut ikan dari genus Pangasius ini. Di kampung halaman saya di Kapuas Hulu (Kalimantan
Barat), ada beberapa sebutan untuk ikan penghuni Sungai Kapuas ini, yaitu ikan Seladang,
ikan Duara atau ikan Juara, tetapi ada juga yang tetap menyebutnya ikan patin.
Ikan seladang yang pernah ditangkap di Sungai Kapuas yang saya ingat waktu
masih kecil beratnya bisa mencapai 30 kg.
Jadi meskipun berat maksimalnya tidak
sampai seperti ikan tapah, tetapi ikan seladang termasuk jenis ikan patin
terbesar yang hidup di Sungai Kapuas.
Belakangan di Indonesia, di Malaysia dan Brunei Darusalam beberapa jenis ikan patin telah banyak didomestikasi alias di budidayakan. Di pulau Borneo dan di beberapa wilayah di Indonesia, ikan patin yang paling umum ditemukan adalah Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, pangasius polyuranodon, dan Pangasius nieuwenhuisii. Sementara itu, Pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalmus, yang dikenal sebagai jambal siam atau lele bangkok, merupakan jenis ikan yang diperkenalkan dari Thailand (Kordi, 2005).
Ikan Seladang, salah satu jenis ikan patin di Borneo. Gambar by Ikan Borneo
Morfologi
Ikan Patin
Secara morfologis, ikan patin memiliki tubuh yang memanjang dan berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak condong ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas dari golongan ikan kancra. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai alat peraba.
Sirip punggung ikan patin memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi di bagian belakangnya. Di sisi lain, terdapat 6-7 buah jari-jari lunak pada sirip punggungnya (Kordi, 2005). Pada permukaan punggung, terdapat sirip lemak dengan ukuran yang sangat kecil, sementara sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris. Sirip duburnya agak panjang dan memiliki 30-33 jari-jari lunak, sedangkan pada sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sementara itu, pada sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil, dengan 12-13 jari-jari lunak (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996).
Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah
satu jenis ikan endemik di sungai-sungai dan danau di Borneo, baik bagian
Kalimantan Indonesia, maupun di Malaysia dan negara Brunei Darusalam.
Ikan ini juga ditemukan di banyak negara di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah dengan sistem perairan yang mendukung kehidupan mereka, seperti di Thailand, Vietnam, China, India, Bangladesh, Myanmar, Filipina, Kamboja dan lain sebagainya.
Habitat utama ikan patin adalah di sungai-sungai besar, muara sungai, dan danau. Dilihat dari bentuk mulutnya yang terletak sedikit agak ke bawah, ikan patin cenderung hidup di dasar perairan. Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996).
Patin dikenal sebagai hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif pada malam hari. Ikan ini cenderung bersembunyi di liang-liaing tepi sungai. Benih patin di alam biasanya berkumpul dan sesekali muncul di permukaan air untuk mengambil oksigen langsung dari udara menjelang fajar.
Untuk budidaya ikan patin, lingkungan yang dibutuhkan tidaklah rumit, karena patin termasuk dalam golongan ikan yang mampu bertahan pada lingkungan perairan yang kurang baik. Namun, lebih disukai jika perairannya dalam kondisi baik (Kordi, 2005).
Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Air adalah media tempat ikan hidup sehingga harus memenuhi syarat tertentu seperti suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), dan tingkat keasaman (pH). Kualitas air yang baik sangat penting untuk memastikan ikan dapat bertahan hidup (Effendi, 2003).
Menurut Kordi (2005), air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan patin harus memenuhi kebutuhan optimal ikan. Kualitas air yang digunakan harus baik. Beberapa faktor dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu perairan, di antaranya:
· Oksigen (O2) terlarut antara 3 – 7 ppm, dengan kondisi optimal 5 – 6 ppm.· Suhu air berkisar antara 25 – 33 derajat Celsius.
· pH air harus berada di rentang 6,5 – 9,0; dengan kondisi optimal 7 – 8,5.
· Konsentrasi Karbondioksida (CO2) tidak boleh lebih dari 10 ppm.
· Konsentrasi Amonia (NH3) dan asam belerang (H2S) tidak boleh lebih dari 0,1 ppm.
· Tingkat Kesadahan air harus antara 3 – 8 dGH (total kekerasan air Jerman).
Pembesaran Ikan Patin
Pemeliharaan dengan sistem intensif dan pemberian pakan yang cukup dapat memacu pertumbuhan ikan patin. Hal ini berbeda dengan pemeliharaan dengan sistem ekstensif atau tradisional yang hanya mengharapkan pakan dari kolam (Kordi, 2005).
Padat penebaran benih ikan juga mempengaruhi pertumbuhan. Ikan tersebut akan tumbuh lebih cepat jika dipelihara pada padat penebaran yang rendah dibandingkan dengan padat penebaran yang tinggi (Fadjar, 1986).
Penebaran benih dilakukan pada waktu cuaca teduh, misalnya pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari benih mengalami stres. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan buatan berupa pellet yang mengandung protein 25 – 35% sebanyak 3 – 5% dari bobot badan per hari. Benih dengan bobot rata-rata 100 gram ditebarkan dengan kepadatan 1 ekor per m2 (Kordi, 2005).
Pemeliharaan di kolam dilakukan selama 4 – 12 bulan tergantung dari ukuran benih yang ditebar dan target konsumen. Benih yang ditebar memiliki ukuran rata-rata 100 gram, maka pemeliharaan dilakukan sekitar 6 bulan. Ukuran ikan saat panen mencapai 500 – 600 gram per ekor (Kordi, 2005).
Jumlah pakan yang diberikan per hari tergantung pada umur dan ukuran ikan. Ikan yang lebih muda membutuhkan lebih banyak pakan dibandingkan dengan ikan dewasa (Rukmana, 2003).
Pertumbuhan Ikan Patin
Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat, maupun volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini biasanya diikuti dengan perkembangan, yaitu perubahan dalam penampilan dan kemampuan yang mengarah pada kematangan. Pada pertumbuhan normal, terjadi rangkaian perubahan pematangan yang mencakup penambahan protein serta peningkatan panjang dan ukuran (Ganong, 1990).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor genetik, hormon, umur, kemampuan dalam memanfaatkan makanan atau efisiensi penggunaan ransum, dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar seperti ruang gerak, kepadatan penebaran, kuantitas, dan kualitas makanan (Anggorodi, 1984).
Perkembangan gamet ikan patin dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Patin jantan mencapai kematangan lebih cepat daripada ikan betina, karena proses kematangan kelamin pada betina relatif lebih lama. Namun, patin yang hidup di daerah tropis, perkembangan telur dan sperma lebih cepat daripada patin yang hidup di daerah subtropis (Kordi, 2005).
Ikan akan tumbuh secara normal jika pertambahan berat sesuai dengan pertambahan panjang. Pertumbuhan ikan dapat diukur berdasarkan rata-rata berat/panjang pada umur tertentu (Achyar, 1979).
Pakan Ikan Patin
Ikan patin adalah jenis ikan omnivora, yang berarti mereka dapat memakan berbagai jenis makanan, baik tumbuhan maupun hewan kecil. Berikut adalah beberapa jenis makanan yang dapat menjadi bagian dari diet ikan patin:
- Pakan Buatan: Ikan patin dapat diberi pakan buatan berupa pelet atau makanan khusus ikan patin yang tersedia di pasaran. Pakan ini diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi ikan patin.
- Ikan Kecil: Makanan alami ikan patin termasuk ikan kecil, baik hidup maupun mati. Ikan patin bisa memangsa ikan kecil yang berenang di sekitarnya.
- Cacing: Cacing juga merupakan makanan alami yang disukai oleh ikan patin. Mereka akan memangsa cacing yang ada di sekitar perairan tempat mereka hidup.
- Artifisial (Pakan Tambahan): Selain pakan buatan, ikan patin juga dapat diberi makanan tambahan seperti sayuran atau buah-buahan yang telah diolah.
- Udang Kecil: Udang kecil juga termasuk dalam diet alami ikan patin. Mereka akan memangsa udang-udang kecil yang berada di perairan sekitarnya.
- Detritus: Detritus adalah partikel organik kecil yang terdiri dari sisa-sisa organisme mati. Ikan patin dapat mengonsumsi detritus sebagai bagian dari diet alaminya.
Penting untuk memastikan bahwa makanan yang
diberikan sesuai dengan ukuran dan tahap pertumbuhan ikan patin. Selain itu,
kualitas dan kebersihan makanan juga perlu diperhatikan untuk memastikan
kesehatan dan pertumbuhan yang optimal bagi ikan patin.
Nilai Ekonomis Ikan Patin
Di Indonesia, ikan patin memiliki nilai ekonomis yang signifikan. Hal ini terutama karena ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perikanan air tawar. Misalnya pasar dalam negeri, Ikan patin adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak dikonsumsi. Permintaan yang tinggi dari pasar dalam negeri mendorong pertumbuhan produksi dan budidaya ikan patin di berbagai wilayah di Indonesia.
Di Pasar tradisional harga ikan patin budidaya berkisar antara Rp 30.000 – Rp 35.000 per kilogram, sedangkan ikan Sedang segar hasil tangkapan dari sungai bisa mencapai Rp 60.000 –Rp 150.000 per kilogram (laporan Antaranews.com, 21 Oktober 20218). Untuk ikan Patin Juara atau duara alias juaro harganya lebih murah dari ikan Seladang.
Selain diperjualbelikan di pasar dalam negeri, ikan Patin juga diekspor ke luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tercatat sebagai eksportir utama ikan patin ke pasar internasional. Terutama dalam bentuk ikan patin beku dan olahan ke berbagai negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Ekspor ikan patin memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia.
Tak hanya Indonesia, negara tetangga kita Malaysia, juga memanfaatkan ikan Patin untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Malaysia memiliki industri budidaya ikan patin yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, seperti juga kita di Indonesia. Ikan patin adalah salah satu komoditas andalan dalam produksi ikan air tawar di Malaysia.
Harga Ikan Patin di Pasar Internasional
Harga ikan patin di pasar internasional dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk negara tujuan ekspor, jenis produk (segar, beku, olahan), dan kondisi pasar global. Pada saat pengetahuan terakhir saya hingga September 2021, harga ikan patin beku di pasar internasional berkisar antara 3 hingga 6 dolar AS per kilogram, tergantung pada kualitas dan spesifikasi produk.
Nilai pasar kelompok ikan berkumis (cat fish) di pasar global mencapai sekitar 2,45 miliar dollar AS, dengan mayoritas didominasi oleh jenis ikan patin. Pasar utama untuk produk ini termasuk China dan Amerika Serikat. Saat ini, Vietnam menjadi pemasok utama ikan patin di tingkat global.
Rata-rata produksi ikan patin di Vietnam mencapai 1 juta ton setiap tahunnya. Sementara itu, produksi ikan patin di Indonesia pada tahun 2022 mencapai sekitar 380.000 ton, dengan sebagian besar diantaranya diserap oleh pasar dalam negeri.
Artati Widiarti, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada periode 2020-2022, menekankan bahwa komoditas ikan patin (Pangasius sp) memiliki permintaan yang tinggi di pasar global karena harganya yang terjangkau. Meskipun begitu, patin asal Indonesia masih memerlukan peningkatan daya saingnya di pasar internasional, terutama jika dibandingkan dengan Vietnam.
Nama-nama dan Jenis Ikan Patin di Nusantara
Namun, tahukah Anda bahwa suku pangasidae, keluarga ikan patin, memiliki lebih dari 20 jenis di seluruh dunia? Di Indonesia sendiri, terdapat setidaknya 12 jenis ikan patin yang berbeda. Ingin tahu lebih lanjut? Berikut beberapa jenis ikan patin yang dapat ditemui di Borneo dan sekitarnya:
1. Patin Jambal
Nama Ilmiah: Pangasius djambal (Bleeker 1846) Penyebaran: Sungai Mekong, Indochina, Malaysia, dan Indonesia (termasuk Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan)
Ciri Khas: Tumbuh hingga 90 cm, sering ditemui di sungai-sungai seperti Citarum, Bengawan Solo, dan Brantas. Patin jambal cenderung hidup di kolom air yang dalam (lubuk) dan aktif berenang. Musim hujan merupakan waktu terbaik untuk memancing ikan ini.
2. Patin Juaro/Juara
Nama Ilmiah: Pangasius polyuranodon (Bleeker 1852). Penyebaran: Sunda Land (Kalimantan, Jawa, dan Sumatera). Ciri Khas: Dapat tumbuh hingga 80 cm, mirip dengan ikan patin jambal. Merupakan ikan omnivora dan oportunis, sehingga umpan ikan kecil juga efektif untuk memancingnya.
3. Patin Wakal
Nama Ilmiah: Pangasius micronemus (Bleeker 1847). Penyebaran: Lembah Sungai Mekong, Malaysia, dan Indonesia (termasuk Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera)
Ciri Khas: Dapat tumbuh hingga 1 meter, sering ditemui di Sungai Bengawan Solo (Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik) di Jawa. Juga dikenal sebagai ikan wagal/wakal.
4. Patin Jengis Khan
Nama Ilmiah: Pangasius sanitwongsei (Smith, 1931). Penyebaran: Sungai Mekong dan Sungai Chao Phraya di Thailand dan Indochina.
Ciri Khas: Merupakan ikan raksasa dengan panjang hingga 3 meter dan berat lebih dari 300 kg. Sering menjadi target memancing dan ikan hias. Memakan ikan-ikan kecil.
5. Patin Riu
Nama Ilmiah: Pangasius macronema (Bleeker 1851). Penyebaran: Kalimantan dan Jawa. Ciri Khas: Tumbuh hingga 60 cm, sering ditemukan bergerombol di sungai berarus deras. Melimpah saat musim banjir. Umpannya sering dicampur dengan ikan patin lainnya di pasar.
6. Patin Lawang
Nama Ilmiah: Pangasius nieuwenhuisii (Popta 1904). Penyebaran: Sungai Mahakam di Kalimantan. Ciri Khas: Tumbuh hingga 60 cm, cenderung sebagai pemakan bahan tumbuhan. Sering dipancing dengan umpan buah ara atau pentol bakso.
7. Patin Seladang
Nama Ilmiah: Pangasius Nasutus (Bleeker 1863). Penyebaran: Sungai Mekong, Indochina, Malaysia, dan Indonesia (hanya di Pulau Sumatera dan Kalimantan). Ciri Khas: Tumbuh hingga 90 cm, sering ditemui di sepanjang sungai besar dari hulu hingga hilir. Umpan pelet, cacing, dan ikan kecil efektif untuk memancingnya.
8. Patin Listhostoma
Nama Ilmiah: Pangasius lithostoma (Roberts 1989). Penyebaran: Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Ciri Khas: Merupakan jenis patin terkecil, hanya tumbuh hingga 25 cm. Hanya ditemukan di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat.
9. Patin Kunyit
Nama Ilmiah: Pangasius kunyit (Pouyad, Teugel & Legendre, 1999). Penyebaran: Sungai Musi, Batanghari, Indragiri di Sumatera, serta Sungai Barito, Kapuas, dan Mahakam di Kalimantan. Ciri Khas: Tumbuh hingga 70 cm, merupakan ikan konsumsi masyarakat setempat dan target pancingan. Hanya terdapat di lubuk-lubuk yang dalam.
10. Patin Hias
Nama Ilmiah: Pangasius hypothalmus atau Pangasius sutjii. Penyebaran: Dijual sebagai ikan hias, impor asal Vietnam yang banyak tersedia di pasar ikan hias dan karamba di Jawa.
Sekarang Anda tahu bahwa ikan patin memiliki beragam jenis yang menarik di Borneo dan sekitarnya. Selamat mencoba memancing dan menikmati keindahan dunia ikan patin yang kaya ragam ini!
Untuk para pemancing mania yang udah
kebelet memancing ikan ini, dimana saja detil habitat mereka silahkan baca Spot
Memancing di Borneo yang Harus Anda Ketahui lengkap dengan nama-nama Ikan
Borneo
Nah para sobat pembaca Ikan Borneo dan para ikan lover, setelah mengenal dan mengetahui potensi Ikan Patin yang luar biasa ini, maka kita baru menyadari betapa kayanya negeri kita Indonesia ini, terutama para sahabat kita yang memiliki sungai-sungai terpanjang di Pulau Borneo (Kalimantan). Hendaklah Sungai Kapuas, Sungai Mahakam dan Sungai Barito dan berbagai sungai besar lainnya di pulau Borneo tetap dijaga dan dilestarikan, karena sunga-sungai tersebut adalah rumah sekaligus lumbung ikan yang merupakan bahan pangan dan keindahan alam Indonesia. Apalagi kini ibu kota negara kita sudah berada di Jantungnya pulau Borneo.